WAP Groups
Download Free Apps & Games @ PHONEKY.com

Tauhid - Topics
Create Your Own App Store

* Tauhid > Topics


Subject: Tassawuf2-Martabat Nafsu
Replies: 16 Views: 15380

awam 1/10/2007 - 10:08:06
Ini Suatu Fasal pada menyatakan Martabat NAFSU *

awam 1/10/2007 - 10:09:29
Nafsu mempunyai 2 pengertian yang mendasar, yakni: 1. Segumpal daging sebesar kepalan tangan (Buah hati sanubari) yang berada diantara dua lambu*ng setiap jisim, ada pada insan yang menghubungkan kebutuhan jasad/jirim (7 Anggauta) dengan 'Latifah Rabbaniyah' dan juga ada pada hewan yang tiada memiliki 'Latifah Rabbaniyah' namun dianugerahi nyawa, hewan ini sebagai media pembanding (ikhtibar) bagi insan yang hidup hatinya. Sabda Rasulullah SAW: 'Sejahat-jahat musuhmu ialah nafsumu yang terletak diantara dua lambungmu' 2. Salah satu sebutan untuk kelakuan 'Latifah Rabbaniyah' pada setiap insan yang berkehendak pada kenyang, menang, senang dan tenang, yakni sesuatu yang ghaib yang tiada dapat dilihat dengan mata kasar, inilah yang merupakan pertaruhan bagi insan yang awam (sebelum mencapai 'Mim') pada perjanjian antara Allah dengan insan di alam Rahim pada martabat alam ajsam, dan nafsu digerakan menurut qodo' yang telah ditentukan pada alam Mitsal, boleh ketentuan pada keberuntungan (Muhammad) ataupun ketentuan pada kerugian (Maghdu atau Dlolliin) menurut sekehendak Yang Empunya, dengan tanda-tanda yang nyata ('ain) bagi 'Mim' namun ter'had' (Terhijab) bagi insan yang awam yang belum mencapai 'Mim', namun dapat diketahuinya hanya setakat ilmu sahaja sesuai dengan khabar dari Allah melalui RasulNya. Tanda-tanda setakat ilmu inilah yang wajib diketahui oleh orang yang salik untuk mengetahui tempatnya berada sehingga dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya atau menempatkan amalan yang sesuai dengan martabat nafsu dimana ia berada, yakni Martabat Nafsu yang terdiri dari 7 Martabat Nafsu (ada juga yang menyampaikan lebih dari 7 atau dengan urutan yang berbeda-beda) *

awam 1/10/2007 - 10:23:32
AMARAH Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi hukum Allah untuk makhlukNya, segala yang terbit darinya adalah tindakan kejahatan yang merupakan dorongan sifat mazmumah (kecelaan), pada tahap ini hati nurani tidak akan memancarkan sinarnya kerana akan terhijab oleh dosa, lapisan lampu makrifat redup terselimuti lumpur, bila dibiarkan terus hingga padam atau mencapai khatama (tertutup dan terkunci hatinya), tiada cara untuk mencari jalan menyucikannya lagi, kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit sampai akhir hayatnya, firman Allah: 'Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya' (QS Al-Baqarah: 10) 'Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh m ia berbuat keji (mungkar)' (QS Al-Baqarah: 169) 'Bahkan m ia itu hendak berbuat maksiat terus menerus' (QS Al-Qiyaamah: 5) Dalam kesehariannya tiada pernah peduli pada hukum Allah, kejahatan sudah menjadi kebiasaan, tiada penyesalan, sering merasa bangga berbuat jahat, misalnya merasa berbangga, lega dan puas dapat merusak anak gadis orang, bangga dengan kehidupannya yang tiada teratur, mabuk, berjudi, pergaulan bebas dan meniru-niru kafirun, bahkan jadi lebih barat dari orang barat. Bagi insan pada peringkat nafsu ini, konsep hidupnya adalah sekali, hingga kebutuhan utama hidupnya semata-mata untuk dinikmati sepuas-puasnya tanpa mengenal batas-batas, baik jahat adalah sama saja di sisinya, bahkan ia merasa betah dalam keadaan seperti ini sebab ia tiada mempercayai Alqur'aan, bahkan menganggap Alqur'aan sebagai suatu kebohongan yang diperuntukan bagi orang-orang yang bodoh dan dungu, sehingga ia merasa sempurna sebagai makhluk yang terjadi dengan sendirinya secara alami dan kebetulan hingga segala sesuatu yang ia peroleh diyakininya atas jerih payahnya sendiri, Seperti firman Allah: 'Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya (amarah) menjadi tuhannya dan dia disesatkan oleh Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya dan qadarnya) lalu Allah mengunci mati pendengarannya (telinga batin) dan hatinya dan ditutup penglihatannya (mata hatinya).' (QS Al-Jaatsiyah: 23) “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk agama islam itu mendapat cahaya dari Tuhannya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumar: 22) Ia bergembira bila menerima nikmat, tetapi berduka cita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan, seperti firman Allah: 'Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada m ia, nescaya mereka gembira dengan rahmat itu, dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (yang mereka sangka) akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa.' (QS Ar-Ruum: 36) *

awam 1/10/2007 - 10:24:04
Mereka tiada pernah takut pada Allah dan hari pembalasan, mereka tidak pernah peduli dengan ancaman Allah seperti: 'Akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam dari golongan jin dan m ia yang mempunyai hati tiada memperhatikan, mempunyai mata tiada melihat, mempunyai telinga tiada mendengar, Mereka itu adalah binatang dan lebih hina dari itu kerana mereka termasuk di dalam golongan yang lalai' (QS Al-A’Raaf: 179) Dalam konteks penerimaan ilmu, orang yang bernafsu amarah hanya digerakan dalam berupaya menerima ilmu diperingkat ilmu kalam seperti filsafat-filsafat yang ia sangka sebagai hakikat, dan cenderung mementingkan soal-soal lahiriah dunia sahaja, tiada minat kepada pelajaran agama dan hari akhirat yang sebenarnya. Pada peringkat ini dikhabarkan tiada peluang sama sekali untuk menerima ghaib dan ilmu hakikat selagi hatinya kotor dan hatinya tiada di gerakan pada berkehendak untuk disucikan dengan pembersihan zikrillah yang mempunyai wasilah dengan Rasulullah SAW. Untuk membebaskan diri dari cengkaman nafsu ini (secara thobi'at yang dikhabarkan Allah melalui RasulNya) disandarkan pada jalan wasilah ilmu Allah melalui Rasulullah SAW dengan menerima pengajaran dari ahli zikir yaitu guru mursyid ('Sin' yang mengandung 'Mim') yang dapat memberikan petuah-petuah penyucian diri dan penyucian jiwa yang mempunyai mata rantai ilmu waris dengan Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW: 'Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah ' 'Sesungguhnya syaithon itu telah menaruh belalainya pada hati m ia, maka apabila m ia itu berzikir kepada Allah, maka mundurlah syaithon, dan apabila ia lupa maka syaithon itu menelan hatinya' *

awam 1/10/2007 - 10:25:03
LAWWAMAH Nafsu lawwamah ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya hingga menyesali, mencerca dan mencelanya, nafsu lawwamah lebih baik sedikit dari nafsu amarah, ia lebih cepat sadar dan menyesali perbuatannya, Perasaan ini sebenarnya timbul dari dorongan yang berupa bisikan dilubuk hatinya disebabkan mengetahui jika itu perbuatan yang tercela. Inilah arti lawwamah, bisikan hati seseorang akan melarang dirinya melakukan sesuatu yang keji timbul secara spontan bila tergerak dihatinya, cepat rasa bersalah atas kezaliman pada dirinya dan pada Allah atas keterlanjurannya. taufik dan hidayah Allah yang memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus, Rasulullah SAW bersabda: 'Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri' 'Barangsiapa yang hatinya menjadi penasihat baginya, maka Allah akan menjadi pelindung ke atasnya.' Tapi bila seseorang itu sampai pada martabat nafsu ini tapi tiada mengetahui tanda-tanda yang memancar di hatinya, atau ia tiada mengamalkan isyarat yang ada, maka lama-kelamaan isyarat ini akan meredup dan padam, sehingga ia jatuh kembali pada tahap nafsu amarah, sebab itulah sering kita menyaksikan seseorang orang terkadang baik, lalu sekejap berubah jahat kembali, kemudian berubah balik, inilah bulak-baliknya hati yang di sebabkan oleh keadaan nafsunya yang berubah-ubah, seperti Firman Allah: 'Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti mereka (dorongan jahat/Khatar Syaithoni) setelah datang ilmu (Isyarat lawwamah) kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim' (QS Al-Baqarah: 145) 'Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti mereka (dorongan jahat dan keji/Khatar Syaithoni), setelah ilmu diperolehi (datang kepadamu) maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu'. (QS Al-Baqarah: 120) Pada tahap ini ia membenci sifat-sifat mazmumah yang ada pada dirinya, tetapi tetap terkadang ia tiada berdaya pada saat digerakan pada perbuatan dosa dan keji itu, dan pada kenyataannya telah berkurang pada dirinya melakukan itu, Keinsafan memancar, sekiranya ia terus mematuhi isyarat lawwamah yang ada, sedikit demi sedikit sifat-sifat keji akan di angkat mufakat dengan dorongan perbuatan taubat kepada Allah atas perbuatan itu. *

awam 1/10/2007 - 10:25:54
Pada peringkat ini ia banyak meneliti diri sendiri dan merenung segala kesilapan yang lampau, bila perasaan menyesal datang, orang-orang pada peringkat sangat mudah mengeluarkan air mata penyesalan, kerap menangis dalam shalat, bila sendirian, sewaktu berzikir atau bershalawat, air matanya bukan lah disengajakan tetapi berlaku secara spontan. Inilah dikatakan sebagai tangisan diri, ia mulai banyak mengkaji dan meneliti alam dan kejadian, dan sentiasa membandingkan sesuatu dengan dirinya hingga menganggap jasadnya dan seisi alam ini adalah Rahmat dan Rahim dari Zat Yang Maha Penyayang bagi dirinya sebagai sandaran dan jalan untuk dapat mengenal Rabbnya. Ia juga menjadi gila untuk beribadat dan cenderung kepada perbincangan berkaitan soal mengenal diri dan mulai jemu dengan persoalan yang tidak berkaitan dengan agama. Perubahan ini terkadang terjadi mendadak sekiranya kita terjun ke alam tasawuf. Rasulullah SAW bersabda: 'Bahawasanya orang-orang mukmin itu perhatiannya pada shalat, puasa dan ibadat dan orang munafik itu perhatiannya lebih kepada makanan dan minuman seperti halnya binatang' 'Sedikit taufik adalah lebih baik dari banyak berfikir, dan berfikir perkara duniawi itu mendaruratkan, dan sebaliknya berfikir perkara agama pasti mendatangkan kegembiraan' Pada tahap ini sudah mementingkan akhirat dari dunia. Namun begitu walau nak dibandingkan dengan amarah ia lebih tinggi sedikit, namun sekali-sekala ia tidak terlepas juga dari jatuh kedalam jurang dosa dan kejahatan. Imannya masih belum kuat. Namun ia cepat sadar dan cepat beristigfar minta ampun kepada Allah. Firman Allah: 'Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (Jiwa yang amat menyesali dirinya) (QS Al-Qiyaamah: 2) Sebagai contoh kalau tertinggal sembahyang terdapat perasaan kecut hati dan cepat menyesal sehingga terus pergi kadha. Isyarat (tanda-tanda) sifat nafsu lawwamah antara lain: 1. Mencela diri sendiri 2. Bertafakur dan berfikir 3. Berbuat sesuatu amal karena riya 4. Kagum yerhadap diri sendiri yakni 'ujub 5. Membuat sesuatu dengan sum'ah agar dipuji 6. Takjub pada diri sendiri 7. dan lain-lain *

awam 1/10/2007 - 10:26:56
Sesiapa yang berdegup di hati terhadap tanda-tanda diatas, maka ia berada pada tahap nafsu lawwamah, terdapat pada kebanyakan orang awam. Sandaran thobi’at untuk dapat menembus dan menyucikan sisa-sisa karat dihatinya pada tahap ini adalah dengan amalan, yakni lebih kuat berzikir lagi untuk menembus dan menyucikan sisa-sisa karat hati. Zikir pada peringakat nafsu ini masih lagi dibibir tetapi kadang-kadang sudah mulai meresap masuk ke lubuk hati tapi dalam keadaan yang tidak istiqamah (tidak tetap), namun memang sudah timbul gila beribadat sehingga kadang-kadang merasa dirinya ringan dan melayang, kadang-kadang terasa seperti hilang dirinya, atau ada semacam kesemutan diseluruh tubuhnya hingga tiada terasa lagi keadaan jasadnya terutama pada bahagian tulang belakang dan tangannya, keadaan beginilah yang menimbulkan keasyikan yang masyuk dengan amalan zikir atau dengan ibadat-ibadat lain. Pada tahap ini terkadang menerima sedikit ilham dengan merasakan zauk dan faham, kadang-kadang mengalami mimpi yang perlu ditafsir kembali oleh guru, bila terus menerus patuh dengan petuah dan amalan yang diberi oleh guru, terutama melatih menjaga rahasia dengan apa-apa yang terjadi kecuali pada guru, InsyaAllah ia akan meningkat kepada tahapan nafsu yang berikutnya. *

awam 1/10/2007 - 10:28:15
MULHIMAH Nafsu ini lebih baik dari amarah dan lawwamah, Mulhimah merupakan nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui ujian dan latihan sufi/ tariqat/ amalan guru dan lain-lain baik lahir maupun bathin yang mempunyai sanad dari Rasulullah SAW, kesucian hatinya telah menyebabkan segala lintasan kotor atau khatar-khatar syaithoni telah dapat dibuang dan diganti dengan ilham dari Allah melalui Khatar Maliki atau Rabbani, firman Allah: 'Maka diilhamkan Allah kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang menyucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya (nafsu)” (QS As-Syams: 8-10) Maka makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu syamiah, pada peringkat ini Allah mentajjalikan amalannya yang baik sudah mengatasi amalannya yang kejahatan, sifat mazmumah telah mulai diganti dengan mahmudah, sikap beribadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi. Zauk pada penyesalan pada peringkat sebelumnya (lawwamah) terus teringat di dalam jiwa, isyarat dan tanda-tandanya sentiasa lekat dalam ingatan, taubat orang pada nafsu mulhamah ini adalah 'taubatan nasuha' tidak hanya dimulut tetapi hakiki. Dalam kehidupan sudah terbina satu sikap dan akhlaq yang baik, tabah menghadapi ujian, bila terlintas sesuatu yang mendorong ke arah maksiat, ia senantiasa memohon perlindungan Allah. Firman Allah: 'Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka saat itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan.' (QS Al-A’Raaf: 201) Sabda Rasulullah S.a.w: 'Barangsiapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa susah (gelisah) dengan kejahatan yang dilakukan, maka itu orang-orang mukmin' *

awam 1/10/2007 - 10:29:21
Zikir pada tahap ini telah menyerap kedalam lubuk hatinya bukan sekadar dibibir saja bahkan sudah menerima hakikat nikmat zikir dan zauk. bila disebut nama Allah rindunya sangat besar, terkesiap berdesir darahnya dan gementar tubuhnya tanpa disengajakan, firman Allah: 'Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bagi mereka apabila disebut nama Allah, nescaya gementarlah seluruh hati mereka' (QS Al-Anfaal: 2) Perasaan ini terus menjalar sehingga bertemu kekasihnya. Isyarat (tanda-tanda) sifat nafsu lawwamah antara lain: 1. Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan tidak putus asa. 2. Tak sayang akan harta 3. Qana’ah. 4. Berilmu laduni 5. merendah diri/ tawwadu' 6. Taubat hakiki 7. Sabar hakiki 8. Tahan ujian dan menanggung kesusahan 9. dan lain-lain Mereka pada tahap ini mulai masuk ke setingkat maqam wali yakni kerapkali mulai mencapai fana’ yang menghasilkan rasa makrifat dan hakikat (syuhud/menyaksikan) tetapi belum teguh dan kemungkinan untuk kembali kepada sifat yang tidak baik masih ada, dikarenakan hanya penyaksian belaka (Belum ‘Ain) dan masih dapat tertipu oleh penyaksian yang diselewengkan oleh syaithon (Ghurur/Terpedaya), kebanyakan orang cepat terhijab kembali pada masa ini kerana terlalu asyik dengan anugerah Allah, padahal itu hanyalah ujian semata-mata. Dalam konteks ilmu pula mereka bukan saja menguasai ilmu qalam, bahkan sudah dapat menguasai ilmu ghaib dengan menjalani tiga cara laduni iaitu nur, tajalli dan cara laduni di peringakat sir, atau menerima pendengaran batin yang terletak ditengah-tengah kepala yang biasanya disebut bagian tanaffas. Suara yang diterima amat jelas sekali, seperti mendengar suara telefon, pada saat yang sama pendengaran zahir tetap tidak terganggu walaupun masa menerima laduni sir itu, biasanya suara ghaib itu adalah guru-guru ghaib (Anbiya, Auliya dan para guru mursyid) yang bertugas mengajar ilmu ghaib pada mereka yang diperingkat mulhamah dengan seizin guru mursyid kita yang zahir yang telah berkomunikasi terlebih dahulu dengan guru-guru ghaib ini, sebab itulah kalau tak ada Guru Murysid kita, akan terpedaya dengan syaithon dan jin yang menyamar (Ghurur). *

awam 1/10/2007 - 10:30:24
Pembukaan telinga batin ini pada awalnya berlaku seakan suatu bisikan suara yang dapat dipisah-pisah dalam anak telinga, dimana pada permulaannya terasa berdesing/berdesir, hingga kemudian barulah dapat dengar jelas, zikir tetap meningkat, pada peringkat inilah Allah berfirman: 'Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah. Ingatlah hanya dengan berzikir kepada Allah sahajalah hati menjadi tenteram'. (QS Ar-Ra’d: 28) Ujian pada peringkat ini yang paling sulit yaitu pada sumpahnya untuk menjaga rahasia dengan apa-apa yang telah disaksikan, hingga menjadi rahasia antara dirinya dengan Allah, barulah ia mendapat kesempatan untuk ke tahap berikutnya. *

awam 1/10/2007 - 10:31:30
MUTMAINAH Inilah peringkat martabat nafsu yang pertama yang benar-benar diredlai Allah yang layak masuk syurga Allah, maknanya barang siapa sampai pada maqam ini syurga tetap terjamin, namanya sudah tercatat dan di cap sebagai hamba Allah dan penghuni Syurga, insyaAllah. Hakikat inilah yang difirmankan Allah: 'Wahai orang yang berjiwa / bernafsu mutmainnah, pulanglah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan redlai meredlai olehNya dan masuklah ke dalam golongan HAMBAKU dan masuklah ke dalam syurgaKu'. (QS Al-Fajr: 27-30) Pada peringkat ini jiwa mutmainnah merasakan ketenangan hidup yang hakiki yang bukan dibuat-buat, tidak ada lagi perasaan gelisah, semuanya terbit dari tauhidnya yang tinggi dan mendalam, tauhid yang sejati dan hakiki, tidak ada lagi perbezaan senang dengan susah bagi nafsunya sama saja. Pada maqam inilah permulaan mendapat derajat wali kecil. Isyarat/Tanda-tanda maqam ini adalah: 1. Taqwa yang benar 2. Arif 3. Syukur yang benar 4. Tawakkal yang hakiki 5. Kuat beribadat 6. Redha dengan ketentuan Allah 7. Murah hati dan senang bersedekah 8. Menjaga Rahasia pada ‘aib/Rahmat orang lain yang ia saksikan. 9. Dan lain-lain sifat mulia yang tidak dibuat-buat. Pada maqam ini telah dicabut beberapa adat thobi’at yang ada pada kebanyakan orang, sehingga sering orang melihat pada dirinya ada keramat-keramat yang luar biasa, bila menghendaki ilmu ia mendapat ilmu dengan tak payah belajar, sebab sudah dapat menyerap rahasia-rahasia dari Kitab yang Nyata (Lauh Mahfuz), ia sudah menguasai ilmu peringkat nur, tajalli, sir dan juga sirussir (pendengaran dan penglihatan bathin), pada mulhammah tadi baru terbuka dengan pendengaran bathin tanpa penglihatan bathin. *

awam 1/10/2007 - 10:32:18
Dengan penglihatan bathin inilah dia dianugerahi melihat sesuatu yang ghaib yang tak dianugerahi pada mata biasa kita, ibarat menyaksikan suatu kejadian, bahkan bila berkehendak menengok suatu kejadian, ia dianugerahi pula menyaksikan kejadian yang ia inginkan baik yang sudah terjadi ataupun yang akan datang. Inilah mengapa guru kita dapat melihat sejarah hidup kita yang lalu, biasanya dia akan memperhatikan perjalanan hidup kita dan mengetahui dimana kekurangan kita dan memberi petuah untuk memperbaikinya, kalau mencuri disuruhnya kita memulangkan kembali serta minta halal dan maaf, dan sebagainya lagi. Namun begitu dia tetap akan menjaga aib muridnya kepada orang lain, pada peringkat ini dia tidak terganggu penglihatan dan pendengaran zahirnya pada masa sama melihat dan mendengar yang bathin walaupun duduk di kedai kopi bersama-sama orang lain, melalui penerimaan sirussir ini dia dianugerahi untuk melihat alam barzakh dan menjelajahi alam malakut. Keyakinannya sudah pada tahap ‘ainul yakin dan haqqul yakin, fana yang dikenali sebagai fana qalbi yaitu merupakan penafian diri ataupun menafikan maujud dirinya dan diisbatkan kepada wujudnya Allah semata-mata. Inilah peringkat LAA MAUJUD ILLALLAH, keadaan inilah yang digambarkan Allah: 'Semua yang ada adalah fana (tiada wujud hakikinya). Dan yang kekal (baqa) itu adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan' (Ar-Rahmaan: 26-27) Namun fana qalbi ini tidaklah kekal. *

awam 1/10/2007 - 10:32:57
RADLIAH Maqam ini dinamakan radliah kerana perasaan redla pada segala ketentuan dan hukuman Allah, pada maqam ini sudah tidak ada rasa takut dengan pada bala Allah dan tak ada rasa gembira dengan nikmatNya, sama saja merupakan nikmat baginya, yang penting baginya adalah Allah redla padanya, jikalau sakit tiada berharap kepada obat, sebab bagi dia sakit itulah nikmat kerana dia merasa semakin dekat dengan Tuhannya, uang sudah sama dengan daun kayu, emas sama dengan tanah, dunia sudah dipandang kecil, bahkan sudah tidak dipandang lagi, sebaliknya dunia yang datang kepadanya, firman Allah: 'Sesungguhnya wali-wali Allah itu tak ada kekhawatiran (ketakutan) dan tidak pula bersedih atas mereka'. (QS Yunus: 62) Ini karena nur syhuhud sudah terang selalu dalam jiwanya, alam sekeliling seperti cermin untuk melihat Allah setiap saat, ini adalah maqam musyahadah tahap ihsan seperti hadis Rasulullah s.a.w: 'Hendaklah kamu menyembah Allah sebagaimana kamu melihatNya...' Ini adalah maqam wali dalam martabat khawas, pada saat inilah apa yang diisyaratkan oleh rasulullah s.a.w: 'Takutilah akan firasat orang mukmin, sesungguhnya orang-orang mukmin itu melihat dengan Nur Allah'. Pada tahap radliah ini, ia melihat melalui basyirahnya, merenung dengan kasyafnya, bertindak melalui perintah ilmu laduninya, mulutnya dan doanya sangat mustajab, “Seucap nyata, seludah keluar jadi” Orang dimaqam ini kadang-kadang perbuatannya menyalahi thobi’at dan syariat, percakapan kadang-kadang menyinggung orang biasa yang tak faham tapi dikeluarkan tanpa sengaja, masih mengalami fana qalbi, tapi tiada menentu, hidupnya ibarat dilambu*ng gelora cinta, seolah terapung melayang bersama-sama Allah, hanya memandang dan menyaksikan sesuatu tiada suatu yang mawujud di dunia ini melainkan wajah Allah semata-mata, firman Allah: 'Di mana saja kamu menghadap, maka disitulah wajah Allah” (QS Al-Baqaraah 115) Itu yang terjadi pada Al Junaid: Tiada sesuatu dalam jubahku, melainkan Allah. Mereka sudah memandang yang banyak kepada satu, keadaan inilah sering menimbulkan fitnah, malah kadang-kadang orang akan anggap gila, inilah maqam Ana'al Haq Mansur Al-Hallaj. Zikir pada peringkat ini adalah secara 'khafi' yang telah meliputi seluruh anggota zahir dan batinnya, pada peringkat inilah kulit berzikir, daging berzikir, tulang berzikir, bahkan semuanya berzikir pada martabat Asma, inilah yang jadi darah Al-Hallaj membentuk tulisan Allah lalu keluar zikir. Kadang-kadang ia dijemput menjelajah alam ghaib kubra yang diluar akal m ia, malah ia di ajar ilmu tinggi yang lebih dari m ia biasa yang belum dicapai oleh zaman modern ini, misalnya dikaruniai perhubungan secara langsung dengan para rasul, nabi, ambia dan waliyullah yang lain, mereka menuntut ilmu dengan para aulia seperti berbicara langsung, malah boleh berinteraksi beramai-ramai walaupun masing-masing berada di berbeza tempat/alam. Tanda-tanda/Isyarat sifat-sifat Radliyah: 1. Ikhlas 2. Warak 3. Zahid 4. Dan lain-lai *

awam 1/10/2007 - 10:34:18
MARDLIAH Pada peringkat ini segala yang keluar darinya semuanya telah diredlai Allah, perilakunya, kata-katanya, diamnya, semuanya dengan keredlaan dan keizinan Allah belaka, akan keluar keramat yang luar biasa tanpa diharap atau disengaja. Jiwanya sudah terkunci untuk ingat Allah pada lubuk hatinya dengan cara 'khafi-filkhafi', maknanya secara penyaksiaan 'basitiyah' yaitu penyaksian sifat ma'ani Allah yang nyata dan dizahirkan Allah pada dirinya, af'al diri sudah dinafi dan diisbatkan secara langsung kepada af'al Allah semata-mata, jiwanya betul-betul dikunci ingat Allah tidak sesaat pun berpisah darinya, penyaksiaan terhadap haq sifat Allah nyata baginya sehingga binasa dirinya, inilah yang terjadi pada Abu Yazib Bistami: 'Subha Inni…(Maha Suci Aku...)' 'Pandanglah yang satu pada yang banyak' Peringkat ini sudah tenggelam dalam fana baqabillah, pada peringkat inilah suka mengasingkan diri, tidak suka bergaul lagi dengan makhluk. Namun begitu ia dianugerahi kesedaran dua alam sekaligus, zahir dan bathin, dan ia akan kembali normal seperti biasa, karena dianugerahi kemampuan untuk menempatkan kesadarannya sekehendaknya, kalau peringkat sebelum ini agak sulit untuk mengontrol kesadarannya pada martabat mana ia berada sehingga sering jatuh fitnah. Perjalanannya mirip dengan radliah, firman Allah: 'Apa yang di sisi kamu itu pasti lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal'. (QS An-Nahl: 96) Perkataan syatahah sudah binasa, ia suka hidup nafsu nafsi, sabda Rasulullah SAW: 'Apabila kamu sekalian melihat seseorang mukmin itu pendiam dan tenang, maka dekatilah ia, sesungguhnya dia akan mengajar kamu ilmu hikmah' Zikirnya adalah zikir rahasia, tidak lagi ada lafaz dengan lidah maupun hati, tapi seluruh anggota zahir dan bathin mengucapkan dengan zikir rahsia yang didengar oleh telinga batin di maqam tanaffas pada martabat Sifat, zikirnya tiada pernah terganggu dengan alam zahir walaupun dia tengah bercakap atau berbuat sesuatu, firman Allah: 'Orang-orang berzikir kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan dalam keadaan berbaring...' (QS Ali-Imran: 191) *

awam 1/10/2007 - 10:34:53
Baginya setiap perbuatan, perkataan, penglihatan dan apa saja adalah zikir. Pada tahap ini dianugerahi kekeramatan yang amat luar biasa, namun biasanya menjaga rahasia kelebihannya itu, dari segi ilmu ia sudah memperolehi ilmu semua peringkat sebelum ini yaitu nur, tajalli, sir, sirussir bahkan ditambah lagi dengan cara tawasul yaitu secara sadar berhubungan dengan ambia dan waliyullah, kehadiran wali-wali kepada orang maqam mardliah ini lebih merupakan penghormatan dan ziarah sahaja, sambil berbincang-bincang. Ia dianugerahi untuk dapat menjelajah seluruh alam alam maya dan alam ghaib termasuk syurga, neraka dan sebagainya, misalnya ia dianugerahi untuk dapat menjelajahi masa, tempat, dan seluruh kejadian yang ada pada Kitab yang Nyata (Lauh Mahfudz), samada dengan bathinnya atau dengan jasadnya sekalian, inilah mengapa sering orang melihatnya dalam satu masa boleh menjelma di pelbagai tempat, ini disebut 'Khawa Fulkhawaf', berlaku tanpa sengaja dan tanpa dapat dikawal, semata-mata atas kehendak Allah. Sifat-sifatnya: 1. Redla dan rela dengan apa-apa pemberian Allah 2. Lemah lembut pergaulannya 3. Elok dan tingginya budi 4. Lain-lain sifat terpuji maqam sebelum ini *

awam 1/10/2007 - 10:35:49
NAFSU KAMALLIAH Maqam ini adalah tertinggi, atau disebut maqam rasul, digelar sebagai 'baqa billah', “Kamil Mukamil', ia Insan kamil karena dapat menghimpunkan antara zahir dan batin, yakni ruh dan hatinya kekal kepada Allah pada martabat Zat, tetapi zahir tubuh kasarnya tetap dengan m ia, hati mereka kekal dengan Allah tiada mengenal masa dan tempat, tidur atau jaga sentiasa mereka bermusyahadah kepada Allah, ini adalah maqam khawasul khawas, sebutan bagi ruhnya adalah Muhammad, sebab ia mewarisi seluruh apa-apa yang diketahui oleh Rasulullah SAW, semua gerak-geriknya sudah jadi ibadat, maka Haq padanya nyata perjalanan yang berulang-ulang antara Allah dengan Muhammad. Inilah pengertian bahwa Muhammad Rasul Allah yang terakhir, setelah Muhammad tiada Rasul lagi yang mengajarkan hal atau agama yang baru. Ilmunya adalah seperti yang dinyatakan oleh Imam Ghazali, ilham dan ilmu mukasyafah yang diterimanya adalah sama dengan istilah wahyu semuanya datang terus dari Allah, firman Allah: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan (Haqqul Yaqin) kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya diantara rasul-rasulNya.” (QS Ali-Imran: 179) *

xwarsonx 1/13/2007 - 5:32:58
Subhaanallah.. *


* Reply
* Tauhid Forum


Search:
topics replies


* Tauhid

Create Your Own App Store

topTop
groupsGroups
mainProdigits

Custom Search


Create Your Own App Store